Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Majdah Agus Arifin Nu’mang: Tanamkan Kepercayaan kepada Anak

Gambar
AKTIVITAS yang padat, baik sebagai rektor Universitas Islam Makassar (UIM) maupun sebagai istri Wakil Gubernur Sulsel, tidak membuatnya melupakan peran sebagai seorang ibu.  Menurutnya, meski dihadapkan pada berbagai kegiatan di luar kota, sebisa mungkin ia menjalin komunikasi dengan kelima buah hatinya. “Keluar kota dan meninggalkan keluarga memang sudah menjadi resiko pekerjaan. Oleh karena itu, meski hanya melalui telepon atau BBM (BlackBerry Messenger), tetapi saya tetap mengupayakan untuk menjaga komunikasi dengan mereka,” ujar Majdah Muhyiddin Zain, istri wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang, Minggu 26 September 2010 lalu. Selain itu, kata dia, dengan rata-rata usia putra-putrinya yang juga sudah menginjak masa remaja dan dewasa, membuat mereka bisa menyadari tanggung jawab masing-masing. “Kecuali si bungsu, Syahrul. Biasanya, kalau ada dinas di luar kota, ia diajak keliling-keliling dalam kota dulu. Kakak-kakaknya juga bisa menggantikan posisi menjaga

Makam Pangeran Diponegoro

Gambar
Jejak Perjuangan Terakhir Sang Pangeran Berkuda SEKILAS, tak ada yang istimewa dari bangunan seluas 25 meter persegi tersebut. Bahkan, terkesan terhimpit di antara kawasan yang padat permukiman dan pertokoan di Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Makassar. Di bagian dalam bangunan, terdapat beberapa makam, sebuah bangunan yang berfungsi sebagai aula dengan dua kamar, berhadapan dengan musholla berukuran 6 meter persegi. Sebuah gapura berasitektur Jawa dengan bentuk simetris berdiri kokoh di bagian depan halaman, yang menjadi akses masuk pengunjung. Tulisan di bagian atas gapura tersebut sekaligus menjadi penanda identitas bangunan kecil yang bersih dan terawat itu. “Saya sudah sejak tahun 1997 dipercayakan merawat makam beliau (Pangeran Diponegoro) setelah sebelumnya dipercayakan ke ayah saya,” ujar Raden Mas (RM) Muh. Yusuf Saleh, penjaga makam Pangeran Diponegoro yang masih merupakan generasi ke empat, kepada Supershop Magazine, Senin 27 September 2010 lalu. Menurut lelaki p

Rumah Makan Ulu Juku

Gambar
Kelezatan Masakan Berpadu dengan Kemewahan Ornamen Ruangan RUMAH Makan Ulu Juku, selama ini identik dengan Jln. A. P. Pettarani dan Jln. Abd. Daeng Sirua, Makassar. Bagi penikmat masakan khas kepala ikan, dua rumah makan tersebut menjadi tongkrongan favorit memanjakan lidah. Tetapi, jangan terkecoh saat Anda menyambangi kedua lokasi tersebut. Sebab, tak ada lagi tanda-tanda keberadaan rumah makan itu di kedua tempat tadi. Ya, terhitung sejak 27 Juni 2010 lalu, Rumah Makan Ulu Juku berpindah ke Jln. Racing Centre, menempati bangunan baru berlantai lima dengan lahan seluas 1.500 meter persegi. “Alhamdulillah, kita bisa menempati gedung baru lebih awal. Tentunya, selain menawarkan aneka menu masakan, kami juga mencoba menghadirkan kenyamanan bagi pengunjung,” tutur Ahmad Hidayat, salah seorang pengelola RM Ulu Juku kepada Supershop Magazine, Sabtu 24 September 2010 lalu. Menurut Ahmad, berbeda dengan dua rumah makan sebelumnya, di gedung baru tersebut menyajikan menu yang le

‘Dalang’ di Balik Sukses Indonesia Mencari Bakat

Gambar
Sosoknya sederhana. Tanpa make up mencolok, sore itu ia tampil casual dengan balutan uniform Trans TV. Rambut panjang sebahu, diikat dengan gaya klasik yang tetap menarik. Senyumnya ramah mengembang, saat penulis menghampirinya. Siapa sangka, di balik kesederhanaannya itu, alumni Komunikasi Universitas Indonesia (UI) ini merupakan salah satu sosok penting di balik sukses ajang Indonesia Mencari Bakat, yang saat ini menjadi program favorit pemirsa televisi di tanah air. “Dari awal kami memang sudah bertekad menghadirkan tontonan yang menghibur dan berkualitas yang disukai penonton. Terbukti, dari riset yang dilakukan Nielsen, IMB menjadi salah satu program terfavorit pemirsa di tanah air,” ungkap Herny Mulyani, Executive Producer IMB, di sela-sela audisi di Trans Studio Mall, Minggu 26 September 2010 lalu. Menurutnya, tak mudah menghadirkan program televisi yang banyak disukai penonton. Selain berdasarkan analitis rating dari riset Nielsen, juga diperlukan kejelian membaca

Menggali Kembali Semangat Yassiwajori

Gambar
Semangat itu pernah melekat. Setidaknya menjadi perekat. Bahkan, menjadi sebuah identitas. Tetapi, ia perlahan memudar, tergerus waktu. SEBAGAI salah satu bekas kerajaan di masa lampau, sisa-sisa peradaban masyarakat adat Wajo masih tersisa bagi masyarakat modern saat ini. Sayangnya, seiring waktu, peradaban itu pun terlahan memudar tergerus waktu. Salah satunya semangat ‘yassiwajori’. Semangat yang pernah menjadi perekat kebersamaan masyarakat Wajo ini, meski di mana pun mereka berada, menjadi senjata ampuh bagi masyarakat dalam menjaga silaturahmi dan tali persaudaraan sesama masyarakat Wajo. “Sehingga, kami memandang perlunya mengadakan urung rembuk untuk bertukar pikiran agar semangat ‘yassiwajori’ ini tak lagi berkutat pada tataran ide, tetapi merupakan tataran realitas,” ungkap Ketua Umum Kerukunan Masyarakat Wajo (Kemawa), H. A. Yaksan Hamzah, pada halal bi halal Kemawa – Hipermawa di Ballroom Clarion Hotel, Jum’at malam 1 Oktober lalu. Menurut mantan Kepala Dinas Pen