Yaremias Mitan, Sang 'Arsiparis Sejati'

Yaremias Mitan
Menggeluti pekerjaan arsiparis puluhan tahun, telah menumbuhkan kecintaan Yaremias Mitan terhadap tugas dan tanggungjawabnya tersebut.

Dunia arsip, bagi Yaremias Mitan, seperti separuh perjalanan hidupnya. Pria kelahiran Maumere,  2 Maret 1949 ini telah menggeluti pekerjaan sebagai arsiparis semenjak mengawali karir sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), tahun 1974 silam. Ditempatkan di bagian Arsip Umum, menjadi awal ‘persentuhan’ Mias mengurusi surat-surat yang keluar masuk setiap harinya.

“Ada kepuasan tersendiri. Apalagi, sejak SMP saya memang sudah terbiasa membuat catatan-catatan pribadi yang sampai sekarang masih saya simpan,” ungkap Yaremias, yang di lingkup pegawai dan pejabat Pemprov akrab disapa om Mias ini.

Menurut bapak tiga anak yang masa pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dihabiskan di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, menjadi arsiparis tidak pernah terlintas di benaknya. Sejak tamat di SMA Santo Gabriel, Maumere tahun 1967, Mias muda yang merupakan anak tertua dari enam bersaudara ini nekat mengadu nasib ke Makassar yang pada masa itu masih asing baginya.

Bercita-cita menjadi akuntan, Mias pun melanjutkan pendidikan di Yayasan Pendidikan Indonesia (sekarang YPUP). Layaknya seorang perantau dan tidak ingin membebani orangtua, Mias memutuskan untuk kerja sambil kuliah. Tetapi, tahun 1974, ia memutuskan berhenti kuliah dan fokus menjalani karir sebagai PNS.

“Karena sulit untuk mengatur jadwal kuliah dan kerja, saya kemudian memutuskan untuk fokus pada pekerjaan,” ungkap Mias.

Awal menggeluti pekerjaan arsiparis, Mias pun mendapatkan pengalaman berkesan yang sampai saat ini masih membekas. Pernah suatu waktu, kata dia, terpaksa berjalan kaki dari Jln. Mesjid Raya hingga ke Baddoka hanya untuk mengantarkan surat kepada pejabat tertentu.

“Waktu itu kendaraan masih jarang. Karena rapatnya berlangsung malam itu juga, mau tidak mau saya harus menyampaikan surat itu secepatnya kepada pejabat yang bersangkutan,” kenang Mias. 

Empat tahun menjalani karir sebagai staf biasa, rentang tahun 1978 – 1992 Mias kemudian dipromosikan sebagai Kasubag Arsip. Pada waktu itu, bersama tim peneliti arsip lainnya, Mias harus sering keluar daerah, seperti ke Kabupaten Bone dan Palopo untuk mengumpulkan arsip-arsip yang sudah tua.

“Sukanya adalah mendapatkan banyak pengalaman, apalagi ketika menemukan berkas-berkas peninggalan Belanda. Tetapi, tak jarang arsip yang didapatkan juga tak bisa sepenuhnya berupa aslinya karena pihak keluarga pelaku sejarah tersebut enggan menyerahkan,” tutur Mias.

Tahun 1992, ia ditempatkan sebagai Kasubag Tata Usaha Biro Umum Pemprov Sulsel sampai sekarang. 

“Satu yang saya tekankan bahwa meskipun pengarsipan saat ini sudah bisa dilakukan dengan mudah melalui bantuan teknologi, seperti laptop dan komputer, tetap cara-cara manual dan konvensional tidak bisa ditinggalkan. Apalagi, tak jarang arsip-arsip yang sudah ada di komputer dan laptop bisa terhapus, maka pengarsipan secara manual bisa menjadi penunjang,” ungkap Mias yang di usianya 63 tahun ini masih semangat menjalankan pengabdiannya sebagai arsiparis.

Kini, Mias pun menuai hasil dari kerja keras dan pengabdiannya selama ini. Bersama istrinya, Nelly Flora Merpati, ia sukses mendidik dan menyekolahkan ketiga anaknya hingga bangku pasca sarjana, dan telah menggeluti pekerjaan di bidang masing-masing. 

(Adi Pallawalino/Diterbitkan di Buletin Acca terbitan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012) 

Curriculum Vitae
Yaremias Mitan
Tempat, tanggal lahir : Maumere, 2 Maret 1949
Karir : -     Kasubag Tata Usaha Biro Umum Pemprov Sulsel (1992 – sekarang)
- Kasubag Arsip Pemprov Sulsel (1978 – 1992)
- Staf bagian Arsip Umum (1974 – 1978)
Istri : Nelly Flora Merpati
Anak : -     Dra. Anne Marie E. H, M.Si
- Michael Abong, SH
- Nona Merry, M.M