Yaremias Mitan, Sang 'Arsiparis Sejati'

Yaremias Mitan
Menggeluti pekerjaan arsiparis puluhan tahun, telah menumbuhkan kecintaan Yaremias Mitan terhadap tugas dan tanggungjawabnya tersebut.

Dunia arsip, bagi Yaremias Mitan, seperti separuh perjalanan hidupnya. Pria kelahiran Maumere,  2 Maret 1949 ini telah menggeluti pekerjaan sebagai arsiparis semenjak mengawali karir sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), tahun 1974 silam. Ditempatkan di bagian Arsip Umum, menjadi awal ‘persentuhan’ Mias mengurusi surat-surat yang keluar masuk setiap harinya.

“Ada kepuasan tersendiri. Apalagi, sejak SMP saya memang sudah terbiasa membuat catatan-catatan pribadi yang sampai sekarang masih saya simpan,” ungkap Yaremias, yang di lingkup pegawai dan pejabat Pemprov akrab disapa om Mias ini.

Menurut bapak tiga anak yang masa pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas dihabiskan di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, menjadi arsiparis tidak pernah terlintas di benaknya. Sejak tamat di SMA Santo Gabriel, Maumere tahun 1967, Mias muda yang merupakan anak tertua dari enam bersaudara ini nekat mengadu nasib ke Makassar yang pada masa itu masih asing baginya.

Bercita-cita menjadi akuntan, Mias pun melanjutkan pendidikan di Yayasan Pendidikan Indonesia (sekarang YPUP). Layaknya seorang perantau dan tidak ingin membebani orangtua, Mias memutuskan untuk kerja sambil kuliah. Tetapi, tahun 1974, ia memutuskan berhenti kuliah dan fokus menjalani karir sebagai PNS.

“Karena sulit untuk mengatur jadwal kuliah dan kerja, saya kemudian memutuskan untuk fokus pada pekerjaan,” ungkap Mias.

Awal menggeluti pekerjaan arsiparis, Mias pun mendapatkan pengalaman berkesan yang sampai saat ini masih membekas. Pernah suatu waktu, kata dia, terpaksa berjalan kaki dari Jln. Mesjid Raya hingga ke Baddoka hanya untuk mengantarkan surat kepada pejabat tertentu.

“Waktu itu kendaraan masih jarang. Karena rapatnya berlangsung malam itu juga, mau tidak mau saya harus menyampaikan surat itu secepatnya kepada pejabat yang bersangkutan,” kenang Mias. 

Empat tahun menjalani karir sebagai staf biasa, rentang tahun 1978 – 1992 Mias kemudian dipromosikan sebagai Kasubag Arsip. Pada waktu itu, bersama tim peneliti arsip lainnya, Mias harus sering keluar daerah, seperti ke Kabupaten Bone dan Palopo untuk mengumpulkan arsip-arsip yang sudah tua.

“Sukanya adalah mendapatkan banyak pengalaman, apalagi ketika menemukan berkas-berkas peninggalan Belanda. Tetapi, tak jarang arsip yang didapatkan juga tak bisa sepenuhnya berupa aslinya karena pihak keluarga pelaku sejarah tersebut enggan menyerahkan,” tutur Mias.

Tahun 1992, ia ditempatkan sebagai Kasubag Tata Usaha Biro Umum Pemprov Sulsel sampai sekarang. 

“Satu yang saya tekankan bahwa meskipun pengarsipan saat ini sudah bisa dilakukan dengan mudah melalui bantuan teknologi, seperti laptop dan komputer, tetap cara-cara manual dan konvensional tidak bisa ditinggalkan. Apalagi, tak jarang arsip-arsip yang sudah ada di komputer dan laptop bisa terhapus, maka pengarsipan secara manual bisa menjadi penunjang,” ungkap Mias yang di usianya 63 tahun ini masih semangat menjalankan pengabdiannya sebagai arsiparis.

Kini, Mias pun menuai hasil dari kerja keras dan pengabdiannya selama ini. Bersama istrinya, Nelly Flora Merpati, ia sukses mendidik dan menyekolahkan ketiga anaknya hingga bangku pasca sarjana, dan telah menggeluti pekerjaan di bidang masing-masing. 

(Adi Pallawalino/Diterbitkan di Buletin Acca terbitan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012) 

Curriculum Vitae
Yaremias Mitan
Tempat, tanggal lahir : Maumere, 2 Maret 1949
Karir : -     Kasubag Tata Usaha Biro Umum Pemprov Sulsel (1992 – sekarang)
- Kasubag Arsip Pemprov Sulsel (1978 – 1992)
- Staf bagian Arsip Umum (1974 – 1978)
Istri : Nelly Flora Merpati
Anak : -     Dra. Anne Marie E. H, M.Si
- Michael Abong, SH
- Nona Merry, M.M

Menikmati Pesona Wisata Alam Malino Lewat Outbound Training


Tak sekadar berekreasi, menikmati pesona wisata alam Malino juga dapat dinikmati melalui outbound training.

BAGI masyarakat Makassar dan sekitarnya, kawasan wisata Alam Malino memang telah lama menjadi salah satu destinasi favorit untuk berakhir pekan. Selain menghadirkan suasana sejuk dengan deretan hutan pinus yang menghijau, Malino juga memiliki sejumlah objek wisata alam yang eksotis, antara lain air terjun Takapala yang terletak di daerah Bulutana, air terjun Lembanna, serta permandian Lembah Biru.

Tetapi, tak hanya itu. Malino yang berjarak 90 km dari Makassar ini pun menjadi lokasi favorit untuk wisata outbound. Hampir tiap pekan, berbagai lembaga maupun instansi swasta memanfaatkan kawasan hutan lindung di Malino sebagai area outbound.

Seperti saat penulis bersama rombongan salah satu bank swasta di Makassar mengikuti outbound training, beberapa waktu lalu. Bekerja sama dengan Air Management, perusahaan yang bergerak di bidang consultan event dan pelatihan-pelatihan ini, para karyawan bank tersebut mengeksplore eksotisme alam Malino lewat serangkaian games menghibur.

Selama dua hari, sembari menikmati akhir pekan, para peserta mengikuti serangkaian kegiatan outbound, antara lain permainan flying fox, transfer ban, susun donat, pulley show, deret hitung, paint ball dan pengenalan karakter. Di alam terbuka dengan deretan hutan pinus yang hijau, para peserta antusias mengikuti rangkaian kegiatan outbound training. [Adi Pallawalino]

Killiney Kopitiam; Hadirkan Sensasi Coffee Tariek Khas Singapura


DENGAN gerak tangan yang lincah, lelaki itu menyeduh campuran kopi, susu kental dan susu cair dari ceret bercorong panjang ke sebuah gelas. Tak hanya sekali, hal itu ia lakukan berulang-ulang hingga menghasilkan percampuran yang sempurna. Dengan gerak cepat, atraksi memindahkan campuran kopi dan susu dalam dua wadah yang berbeda ini, tampak seperti orang yang sedang menarik-narik tali.
Hasilnya, segelas kopi berwarna kecoklatan dengan buih lembut di permukaan minuman siap tersaji. Tergantung selera Anda, menyeduhnya dalam keadaan panas atau dingin.
“Itu sebabnya dinamakan kopi tarik (coffee tariek) karena memang proses menyeduhnya seperti orang yang sedang menarik tali. Proses memindah-mindahkan dengan dua wadah ini juga membantu mendinginkan suhu minuman dan memberikan lapisan busa yang lembut di permukaan minuman,” jelas Achmad Soleh, Manager Killiney Kopitiam Trans Studio Mall Makassar, beberapa waktu lalu.
Di samping kopi tarik, kata Achmad, juga tersedia teh tarik dan milo tarik dengan proses penyeduhan yang sama. Menariknya, kopi dan teh tarik ini diberi nama yang unik sesuai dengan bahan membuatnya. Coffee C, untuk kopi yang hanya memakai tambahan gula dan susu, Coffee CO yang hanya memakai susu saja, Coffee O buat yang hanya memakai gula serta Coffee OO buat racikan kopi yang sama sekali tidak menggunakan tambahan gula dan susu. Hal yang sama juga berlaku bagi teh tarik.
Sejarah panjang Killiney Kopitiam sendiri berawal sejak tahun 1919 di bilangan Killiney Road, Singapura, di sebuah kedai kopi sederhana dengan sistem seduh tradisional yang kemudian disuguhkan langsung. Selanjutnya, berekspansi hingga Malaysia dan Indonesia.
“Hingga saat ini, Killiney Kopitiam sudah memiliki 18 oulet yang tersebar di lima besar kota di Indonesia, yakni Medan, Batam, Jakarta, Surabaya dan Makassar. Khusus di Makassar, outlet di Trans Studio Mall merupakan outlet pertama di Indonesia Timur dan rencananya bakal buka di Manado,” imbuh Achmad.
Meski terkesan high class dan berlokasi di tempat-tempat premium, namun Killiney Kopitiam mencoba menebarkan suasana nyaman dan sederhana layaknya warung kopi kebanyakan. Sentuhan kayu tampak memenuhi interior ruangan, mulai dari dinding hingga kursi-kursi kayu yang dipadukan dengan meja marmer.
Kesan tradisional diperkuat dengan termos-termos tempo dulu yang dipajang di beberapa sudut dan lantai yang dipoles semen polos. Apalagi, dengan konsep semi open kitchen yang membuat pengunjung bisa menyaksikan langsung proses seduh kopi tarik dan teh tarik yang terbilang unik.
“Intinya, kami ingin pengunjung betul-betul menikmati suasana nyaman dan betah. Selain dilengkapi fasilitas wi-fi, pengunjung yang termasuk perokok berat pun tetap bisa melampiaskan hasratnya untuk merokok,” kata Achmad.
Bagi yang tak ingin sekadar ngopi atau nge-teh, sepotong kaya toast manis (roti bakar) yang disajikan berupa empat tangkup roti pun bisa menjadi pendamping sempurna. Ada tiga pilihan, yakni roti tawar biasa, roti gandum dan French Toast yang rotinya berukuran lebih tebal.
Sedangkan untuk makanan, Singapore Laksa, Chicken Curry, Toast, Prata dan masakan khas Singapura lainnya bisa menjadi pelengkap waktu bersantai Anda. [Adi Pallawalino]

Pesona Wisata ‘Paris van Java’ Bandung

Surga Wisata Belanja, Lestarikan Bangunan-bangunan Kuno

Bandung, identik sebagai kota mode. Beberapa produk fashion ternama tanah air berasal dari kota ini. Tetapi, tak sekadar itu. Kota bergelar Paris van Java tersebut juga memesona dengan deretan bangunan-bangunan kuno yang tetap dilestarikan.

SEBUTAN Paris van Java, memang tak berlebihan disematkan pada Bandung. Ibukota Kabupaten Jawa Barat ini beberapa tahun terakhir menjelma menjadi kiblat trend fashion nasional, khususnya di kalangan remaja. Beberapa distro dan factory outlet bermunculan buah dari kreativitas remaja Kota Kembang. Hal ini sekaligus menjadi daya tarik wisata belanja di kota ini.

“Paling terasa itu pada akhir pekan. Jalan-jalan di Kota Bandung yang pada umumnya relatif bebas macet, mendadak padat. Umumnya, mereka (wisatawan) berasal dari Jakarta dan beberapa kota lain di tanah air. Ada pula yang dari Malaysia dan Singapura,” ungkap Ucok, warga Medan yang telah lama menetap di Bandung, kepada penulis, awal Desember 2010 lalu.

Menurut pria yang sehari-hari bekerja sebagai supir di salah satu perusahaan tour and travel di Bandung ini, para wisatawan tersebut, selain bertujuan menikmati sejumlah objek wisata alam dan budaya di Bandung, mereka tak lupa menyempatkan berbelanja di beberapa distro dan factory outlet yang memang mudah ditemui di sepanjang Kota Bandung.

Salah satu yang paling terkenal adalah kawasan Dago. Di kawasan sepanjang Jln H Juanda ini, berjajar distro dan factory outlet yang sudah populer seantero tanah air. Sebut saja Jetset, Blossom, Rich & Famous, Glamor, Donatello, Grande, Coconela, Raffles City dan lain sebagainya. Di factory outlet tersebut pengunjung bisa menemukan beragam pakaian, tas, dan aksesori bermerek, modis, dan trendi, dengan harga relatif murah.

Di samping itu, kawasan ini juga semakin lengkap untuk berwisata kuliner dengan keberadaan rumah-rumah makan khas Sunda. Salah satunya Dago Panyawangan.

Kawasan pusat wisata belanja lainnya yakni di Jln. Riau (LLRE Martadinata). Di sepanjang jalan ini, berderet sejumlah FO seperti The Summit, Calamus, Heritage, Stamp, For Men, Cascade, Terminal Tas, dan lain-lain. Selain itu, kawasan Cihampelas dan Cibaduyut yang sudah lama dikenal sebagai surga belanja jeans dan sepatu pun tetap eksis sebagai tempat wisata belanja di Bandung.

Tak puas menelusuri distro-distro dan FO di Kota Kembang, wisatawan pun bisa menumpahkan hasratnya belanjanya di sejumlah mal di Bandung, seperti Bandung Super Mall, Cihampelas Walk, Braga City Walk atau Paris van Java. Entah sekadar kongkow atau memanjakan mata dengan ‘kembang-kembang’ Bandung yang dikenal geulis-geulis.

Bagi yang ingin memborong oleh-oleh khas Bandung, brownies Kartika Sari dan Amanda bisa jadi pilihan utama. Selain di kawasan Dago, keduanya juga mudah didapatkan di sejumlah toko di Bandung. Pusat penjualan oleh-oleh khas Bandung lainnya juga dapat ditemui di kawasan Pasar Baru, Jln. Otto Iskandardinata. Di tempat ini, berbagai kerajinan khas Bandung, mulai dari t-shirt, gantungan kunci dan makanan olahan khas Sunda tersedia dengan harga terjangkau.

Lestarikan Bangunan Kuno

Selain dikenal sebagai surga belanja, Bandung terbilang kota yang unik. Di setiap sudut kota, bangunan-bangunan kuno peninggalan Belanda dan Inggris masih berdiri kokoh. Selain berfungsi sebagai kantor pusat pemerintahan, bangunan-bangunan ini juga malahan menjadi kantor swasta, bank, hingga disulap menjadi factory outlet.

Gedung Sate, misalnya. Bangunan yang dibangun pada tahun 1920 di masa pemerintahan Hindia Belanda ini tetap dilestarikan dan menjadi pusat pemerintahan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. FO Heritage, juga memanfaatkan bangunan kuno sebagai pusat penjualan produk-produk fashion keluarannya.

“Di sini (Bandung), makin kuno model suatu bangunan malah semakin mahal. Meski bangunan tersebut diperuntukkan untuk tujuan komersil, seperti kantor atau FO, mereka tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan melakukan beberapa renovasi di bagian dalam bangunan. Bahkan, nama Dakken CafĂ© (salah satu cafĂ© di bilangan Jln. Riau), diambil dari nama pemilik rumah pertama yang diabadikan oleh pemilik sekarang sebagai brand usahanya. Papan nama di depan rumah pun masih dalam bentuk aslinya,” terang Ucok.

Tetapi, kata dia, satu hal yang perlu diwaspadai bagi wisatawan dalam soal keamanan adalah geng motor, utamanya menjelang tengah malam. Meski saat ini pihak terkait tengah melakukan penindakan yang tegas bagi anggota geng motor, tapi potensi gangguan itu masih kerap terjadi.

“Umumnya mereka beraksi menjelang tengah malam. Geng motor di sini ganas-ganas dan tak segan-segan melukai pengguna jalan,” tegas Ucok, yang menjadi guide bagi penulis dan rombongan pada kesempatan itu. [Adi Pallawalino]

Woodsy Gab: Foodcourt di Kompleks SPBU, Sajikan Menu Lokal Hingga Internasional


STASIUN pengisian bahan bakar umum (SPBU), kini tak sebatas tempat persinggahan mengisi bahan bakar kendaraan. Seiring waktu, SPBU pun berkembang menjadi multifungsi. Selain dilengkapi dengan fasilitas musholla dan mini mart, beberapa SPBU juga kini dilengkapi dengan fasilitas rest area.
Salah satunya, pusat jajanan makanan (food court) Woodsy Gab yang berlokasi di dalam kawasan SPBU. Beroperasi sejak Oktober 2010 lalu, food court yang terletak di ruas Jln. Perintis Kemerdekaan ini menyajikan konsep baru.
“Konsep food court yang menyatu dengan SPBU ini merupakan yang pertama di Indonesia Timur. Sehingga, tak sekadar mengisi bahan bakar kendaraan, para pengunjung pun sekaligus dapat bersantai sambil menikmati hidangan-hidangan makanan dan minuman,” ungkap Wawan Indrawan, Manajer Woodsy Gab kepada penulis, pertengahan Desember lalu.
Soal menu, lanjut Wawan, juga terbilang komplit. Mulai dari menu tradisional hingga menu internasional siap disajikan 12 tenant yang melengkapi food court berlantai tiga tersebut. Di tenant Batu Cobek, tersedia menu nasi uduk, ikan lele goreng, ayam bakar dan nasi timbel. Juga hidangan olahan ayam dan bebek pada tenant Bebek Kremes yang bias menjadi pilihan alternatif.
Menu internasional, seperti Japanese food, Chinese food dan western food, masing-masing tersedia di tenant Hakata Bento, Happy Moms dan Mr Cook.
Bagi yang betah nongkrong berlama-lama, juga tersedia fasilitas hotspot untuk akses internet serta even nonton bareng pertandingan olahraga di tiap akhir pekan. Selain itu, dengan alunan music live di hari-hari tertentu, semakin melengkapi suasana santai para pengunjung.
“Di lantai dua, kami juga menyediakan fasilitas VIP room dengan kapasitas 13 orang. Dan ke depannya, di lantai tiga juga kami lengkapi dengan room function berkapasitas 800 orang,” imbuh Wawan. [Adi Pallawalino/Foto: Ayatullah R. Hiba]
Sediakan Teh Impor Khas Afrika
Selain diisi tenant-tenat makanan, Woodsy Gab juga dilengkapi tenant dengan konsep mini bar yang menyediakan berbagai jenis minuman ringan, kopi dan teh.
Salah satu yang menjadi andalannya adalah Red of Africa Tea yang diimpor langsung dari Afrika di bawah pemasaran Illy.
“Kelebihannya adalah aroma vanilla-nya yang khas,” jelas Wawan.
Selain itu, juga tersedia Illy Cappucino dan teh impor produk TWG, 1837 Black Tea.
WOODSY GAB
Alamat : SPBU Urip Sumoharjo 74.902.32
Jln. Urip Sumoharjo KM. 6, Makassar
Jam buka : 09.00 – 24.00

Demonstrasi Anarkis Masih Menjadi Momok Menakutkan

(Menatap Peluang Investasi dan Ekonomi Sulsel di Tahun Kelinci Emas)

Demonstrasi yang berujung anarkis, dinilai masih menjadi momok menakutkan bagi investor untuk menanamkan modalnya di Sulsel. Oleh karena itu, hal ini menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi stakeholder di 2011.

MENJELANG pergantian tahun, lima tokoh penting di Sulsel duduk dalam satu meja. Kelimanya terlibat dalam pembicaraan yang urgen, menatap peluang investasi dan ekonomi Sulsel di tahun 2011. Mereka, masing-masing Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Kapolda Sulselbar Irjen Pol Johny Wainal Usman, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel Zulkarnaen Arif, Pimpinan Bank Indonesia (BI) Makassar Lambok Antonius Siahaan, dan Rektor UNM Prof Dr Arismunandar.

Pada diskusi akhir tahun yang diselenggarakan salah satu harian terbitan Makassar tersebut, Kamis 30 Desember 2010 lalu, di Warkop 76, kelimanya kompak menilai, demonstrasi yang berujung anarkis, yang belakangan ini identik dengan citra Kota Makassar, menjadi salah satu momok bagi calon investor sebelum menanamkan modal di Sulsel.

Rektor UNM, Prof Dr Arismunandar yang tampil sebagai salah satu pembicara pada kesempatan itu, tak memungkiri keterlibatan sejumlah oknum mahasiswanya yang terlibat dalam aksi demo anarkis. Menurutnya, mengurusi sekitar 22 ribu mahasiswa di lembaga pencetak calon guru itu, memang bukan pekerjaan mudah. Tetapi, bukan berarti pihaknya lepas tangan.

Sebagai salah satu ‘biang keladi’ aksi demo anarkis, berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak UNM untuk meminimalisir oknum-oknum mahasiswa yang terlibat demo anarkis. Salah satunya adalah dengan membuka lebih banyak ruang-ruang kreatifitas bagi mahasiswa, termasuk pengembangan program kewirausahaan. Menurut Arismunandar, saat ini pihak UNM telah mengembangkan beberapa program kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Antara lain usaha minimarket, jasa pengetikan, fotocopy, cafĂ© dan hotel, serta left-left industry lainnya sebagai wadah kreatifitas mahasiswa.

“Jadi, kalau mau merasakan hotel dengan pelayanan mahasiswa, silakan berkunjung ke hotel kami,” seloroh Arismunandar, yang disambut tawa hadirin.

Kendalanya, kata dia, adalah permodalan yang terbatas. Sehingga, harap Arismunandar, Bank Indonesia (BI) dalam hal ini mau bekerjasama dengan memberikan bantuan permodalan bagi mahasiswa. “Dengan demikian, jiwa kewirausahaan ini bisa tertular bagi oknum-oknum mahasiswa yang terlibat demo anarkis,” ungkapnya.

Sementara itu, Pimpinan Bank Indonesia, Lambok Antonius Siahaan, menuturkan, dalam menangani demo anarkis yang kerap dilakukan mahasiswa, memerlukan penanganan secara multidimensi oleh semua stakeholder.

“Pihak yang berkepentingan harus bisa menyamakan persepsi. Ada apa di balik aksi anarkis tersebut? Jika kita sudah menyamakan persepsi tentang itu, tinggal bagaimana kita mengambil peran masing-masing untuk mengatasinya,” ujar Lambok.

Narasumber lain, Kapolda Sulselbar Irjen Pol Johny Wainal Usman, menegaskan, iklim investasi pada suatu daerah sangat bergantung pada keamanan. Dia mencontohkan, kisruh Pilkada yang berbuntut panjang di beberapa kabupaten dan kota di Sulsel berdampak pada rendahnya minat investor tersebut berinvestasi.

“Selain khawatir masalah keamanan, kekosongan pada pucuk pimpinan pemerintahan kabupaten dan kota membuat mereka (investor) berpikir dua kali,” katanya.

Padahal, kata Johny, kehadiran investor pada suatu daerah tentu akan membuka lapangan kerja baru sehingga mampu meminimalisir tingginya tingkat kriminalitas. “Kemiskinan, keterbelakangan dan pengangguran merupakan faktor-faktor pemicu tingginya tingkat kriminalitas pada suatu daerah. Nah, dengan adanya lapangan kerja baru dan kesibukan yang dimiliki, maka warga tak lagi berpikir untuk melakukan tindakan-tindakan kriminalitas,” tegas Johny.

Ketua Kadin Sulsel, Zulkarnaen Arif, juga berpandangan sama. Tetapi, menurutnya, maraknya aksi demo anarkis juga disebabkan oleh adanya kebuntuan antara pihak mahasiswa dan pihak terkait dalam menyelesaikan suatu masalah.

“Masalah demo anarkis merupakan PR (pekerjaan rumah) kita bersama di 2011. Oleh karena itu, sebaiknya kita sering-sering duduk bersama untuk membicarakan masalah yang dihadapi di Sulsel. Mencari solusi memecah kebuntuan tersebut,” harapnya.

Dikatakan Zulkarnaen, saat ini terdapat sekitar 45 ribu pengangguran intelektual di Sulsel yang berdampak pada kondisi perekonomian Sulsel lima tahun ke depan. Sementara setiap tahun, hanya 20 sampai 30 persen alumni perguruan tinggi yang diserap sebagai tenaga kerja. Di samping itu, lanjut dia, sekitar 462 ribu hektar lahan di Sulsel yang masuk kategori tidak produktif.

“Inilah yang perlu kita perhatikan bersama. Ke depan, Kadin Sulsel akan fokus pada pengembangan kewirausahaan di kabupaten dan kota dengan melibatkan 30 persen pengusaha lokal,” imbuhnya.

Di tempat yang sama, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, juga menyayangkan maraknya aksi-aksi demo yang berujung anarkis. Ia menilai, masyarakat kerap terjebak pada isu-isu kecil yang kemudian membesar hingga menjadi pembahasan berbulan-bulan.

“Saat orang ramai-ramai bicara soal Gayus, masyarakat kita pun latah membahas soal Gayus. Saat timnas diunggulkan menjuarai Piala AFF 2010, masyarakat kita pun dilanda euforia berlebihan. Oleh karena itu, di tahun 2011 ini marilah kita lebih cermat melihat isu-isu yang berkembang. Tidak terjebak dan malah berujung anarkis,” pungkas Syahrul. [Adi Pallawalino /Foto: terpaksarajin.blogspot.com]