Mendulang Rupiah dari Pekatnya Kopi



Sepanjang 2009, bisnis warung kopi (warkop) berjaya. Tak hanya pemain lama, pemain baru pun turut meramaikan bisnis yang satu ini.

Warkop telah menjadi pilihan favorit bagi warga Metropolis untuk bersantai atau sekadar kongkow dengan teman-teman. Meski identik dengan sajian kopi, warkop tak sebatas tempat ngopi. Umumnya, pengelola warkop juga menyediakan aneka makanan dan minuman lainnya untuk menemani pengunjung. 

 Seiring perkembangan teknologi, warkop semakin fenomenal dengan kehadiran fasilitas hotspot. Berbekal laptop, pengunjung bisa merasakan “menu” lain yang tak kalah asyik, berinternet secara gratis. Hampir di tiap sudut kota, puluhan warkop bertebaran dengan menawarkan konsep dan pengunjung dari segmen berbeda. 

Warkop Phoenam 

 Warkop Phoenam, merupakan salah satu warkop tertua di Makassar yang berdiri sejak tahun 1946. Warkop yang didirikan almarhum Liang Thay Hiong ini menyajikan racikan kopi khas Hainan, salah satu tempat di Tiongkok yang terkenal sebagai tempat peracik kopi ulung. 

Awal berdirinya, warkop ini terletak di bilangan Jln. Nusantara, kemudian dipindahkan ke Jln. Jampea. Saat itu, warkop tersebut ramai dikunjungi oleh pegawai maupun pendatang di sekitar Pelabuhan Makassar. Sepeninggal Liang, pengelolaan Warkop Phoenam dilanjutkan putra keduanya, Albert Liongadi, yang sukses melakukan ekspansi bisnis. 

Selain membuka cabang di Jln. Boulevard dan Mall Panakukkang, Warkop Phoenam juga membuka cabang di Jakarta. Saat ini, tak sekadar tempat kongkow dan bersantai, cabang Warkop Phoenam di Jln. Boulevard dan Mall Panakukkang kerap menjadi lokasi pertemuan berbagai kalangan, mulai dari diskusi politik, seminar hingga konferensi pers. 

Sebagian besar pengunjungnya memang dari kalangan professional, pengusaha, LSM, wartawan hingga para akademisi. Bahkan, salah satu stasiun radio di Makassar rutin menggelar diskusi live di warkop ini. 

Warkop Tenda Pengayoman 

 Berbeda dengan Warkop Phoenam yang sudah punya brand kuat, Warkop Tenda Pengayoman terbilang pendatang baru dalam bisnis warkop. Namun demikian, perkembangan warkop yang dibuka sejak 1 Agustus 2009 lalu terbilang pesat. Mengusung konsep lokasi nonton bareng (nobar), tiap akhir pekan warkop ini ramai dikunjungi komunitas pecinta bola di Makassar. 

“Sejak dibuka, Warkop Tenda memang terlanjur dikenal sebagai pusat nonton bareng pertandingan sepakbola. Namun ke depan, kami juga akan menyajikan konsep acara nobar F1 dan Moto GP,” jelas Nurhadi Samad, owner Warkop Tenda kepada Pecinan Terkini, Kamis 17 Desember lalu. 

Menurut Nurhadi, pengunjung warkop yang beralamat di Jln. Pengayoman ini umumnya dari kalangan pemuda dan mahasiswa. Mereka biasanya menghabiskan waktu dengan mengakses internet melalui fasilitas hotspot. 

Selain itu, beberapa organisasi-organisasi profesi pun kerap menjadikan tempat yang awalnya mengusung konsep tenda-tenda ini sebagai lokasi pertemuan. 

 “Menu yang disajikan beragam karena kami menjalin kerjasama dengan beberapa teman, seperti menu mie kering khas arang, bubur ayam Pantai Losari, nasi kuning, jus mangga, racikan kopi Daeng Sija serta makanan prasamanan yang khusus disajikan pada jam istirahat kantor. Harganya pun terjangkau, mulai dari Rp 6 ribu hingga Rp 15 ribu,” terang Nurhadi, yang mengaku menginvestasikan modal awal senilai Rp 40 juta dengan omzet per bulan mencapai Rp 150 juta. 

 Ke depan, Nurhadi berencana untuk mengembangkan Warkop Tenda sebagai cafĂ© dan pusat bisnis. Renovasi di beberapa bagian dilakukan, termasuk penambahan ruang pertemuan dan warnet. 

“Kami berencana untuk memantapkan status sebagai pusat nobar dan bisnis untuk semua kalangan. Untuk acara nobar, sanggup memuat kapasitas berdiri 400-an orang,” tandas Nurhadi. 

Warkop Bunda 

 Sama halnya dengan Warkop Tenda Pengayoman, Warkop Bunda juga merupakan salah satu pemain baru dalam bisnis warkop di Kota Daeng. Terletak di kawasan Pecinan, Jln. Sulawesi, warkop ini mengusung konsep dan tampilan berbeda. 

“Kita lebih ke konsep klasik, karena kita berusaha menyasar segmen dari kalangan ance-ance. Dengan tampilan suasana jaman dulu, membuat mereka bisa merasakan nuansa masa lalu,” ungkap Jo Yan Ting, pemilik Warkop Bunda kepada Pecinan Terkini, Rabu 16 Desember lalu. 

 Nuansa masa lalu tersebut dipertegas dengan peralatan-peralatan yang digunakan dalam meracik menu yang merupakan peralatan tempo dulu. Beberapa foto-foto serta aksesoris jadul, seperti lampu, kipas angin dan jam dinding pun melengkapi suasana interior warkop yang terletak di samping Klenteng Ibu Agung Bahari tersebut.

Tak hanya kopi, aneka menu juga disajikan di warkop yang berdiri sejak Mei 2009 lalu itu, antara lain roti panggang telur, keju, coklat dan corneed beef, roti kukus Bunda, kentang goreng barbeque, nasi kuning, pisang goreng dan aneka minuman seperti teh susu, teh rasa buah, es campur Bunda, hot/ice cappucino dan teh Lo Han Kuo. Harganya mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 15 ribu. 

 “Teh Lo Han Kuo ini merupakan teh khas dari Tiongkok dan memiliki khasiat yang baik bagi kesehatan. Selain mengobati panas dalam, juga berkhasiat mengembalikan stamina dan menyegarkan tubuh. Minuman ini juga cocok dicampur dengan telur setengah matang,” ujar Jo, yang akrab disapa Bunda. 

 Dikatakan, bahwa warkop yang dikelolanya itu umumnya ramai pada pagi hari, dan menjelang siang hari. 

“Kita bukanya mulai dari jam enam pagi hingga enam sore. Umumnya pengunjung adalah para karyawan dan pegawai yang ada di sekitar sini. Jadi, tidak hanya dari kalangan warga Tionghoa saja,” pungkas Jo. [Sapriadi Pallawalino]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puak Poi dan Jiam Si, Sarana Meminta Petunjuk dari Sang Dewa

Emmy Wijaya, Direktur Utama PT. Sumber Sentuhan Emas

Hendri Oei, PT. Nathania Furniture