Warna-warni Imlek 2010

Imlek, semakin membumi. Tak hanya warga Tionghoa, masyarakat lainnya pun turut larut dalam kemeriahan Imlek yang digelar sepanjang Februari lalu.

--------------------------

Sejatinya, Imlek merupakan perayaan tahun baru etnis Tionghoa. Namun, seiring pembauran dan kebebasan perayaan Imlek secara terbuka oleh mantan Presiden RI ke-4, alm. K. H. Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur, kemeriahan Imlek pun dapat dirasakan masyarakat umum. Nuansa dan aneka pernak-pernik Imlek tiap tahun tak lagi sebatas menghiasi klenteng dan vihara, tetapi juga tempat-tempat umum lainnya, seperti pusat perbelanjaan, hotel-hotel, tempat-tempat hiburan dan sebagainya.

From China with Love

Jauh-jauh hari sebelum perayaan Imlek yang jatuh pada Minggu, 14 Februari lalu, nuansa Imlek sudah terasa di beberapa pusat perbelanjaan. Berbagai pernak-pernik khas Imlek yang kental dengan nuansa merah dipasang di tiap-tiap sudut mal-mal di Makassar, antara lain hiasan lampion dan naga, boneka macan, spanduk ucapan Gong Xi Fa Cai, hingga kostum khas Tionghoa.

Salah satunya, di Mal GTC Tanjung Bunga. Dua minggu sebelum Imlek, pengelola sudah mendekorasi tiap sudut mal dengan aneka pernak-pernik Imlek. Berbagai kegiatan bernuansa Imlek pun mereka gelar, mulai dari pemilihan koko dan cici cilik, pemilihan model cilik Valentine, lomba mewarnai dan menggambar yang diikuti member GTC Kids hingga atraksi barongsai cilik dari Vihara Girinaga.

“Karena tahun ini Imlek bertepatan dengan Valentine Day, maka keduanya kami kemas dalam satu rangkaian acara bertemakan From China with Love. Para member GTC Kids pun meramaikannya dengan berbagi coklat kepada pengunjung,” jelas Wina, Public Relation Mal GTC, kepada Pecinan Terkini saat ditemui pertengahan Februari lalu.

Di samping rangkaian kegiatan tersebut, imbuh Wina, pada 20 – 21 Maret mendatang pengelola Mal GTC bekerjasama dengan Persatuan Seni Olahraga Barongsai Indonesia (Persobarin) juga akan menggelar kejuaraan barongsai yang diikuti oleh perkumpulan-perkumpulan barongsai dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya, peserta dari Tarakan yang menjadi runner up pada lomba barongsai di Tiongkok, belum lama ini.

“Awalnya sich kami rencanakan menggelar bertepatan dengan momen Imlek. Namun karena beberapa perkumpulan barongsai banyak yang terlibat dalam kegiatan perayaan Imlek dan Cap Go Meh, makanya diundur hingga Maret. Pesertanya pun berasal dari berbagai kota, antara lain Jakarta, Surabaya, dan Tarakan,” beber Wina.

Legenda Cinta Lie dan Lian

Nuansa Imlek juga terasa di taman bermain indoor, Trans Studio. Berbagai pertunjukan khas Tiongkok ditampilkan kepada pengunjung setiap harinya, di antaranya festival Lampion, atraksi barongsai hingga drama musikal Legenda Cinta Lie dan Lian. Selain itu, tiap Sabtu dan Minggu, pengelola Trans Studio juga menghadirkan artis-artis ibukota untuk menghibur akhir pekan pengunjung.

Drama musikal Legenda Cinta Lie dan Lian berkisah tentang seorang putri raja bernama Lian yang nekat meninggalkan istana untuk belajar ilmu kungfu. Secara tak sengaja, ia bertemu dengan Lie, seorang pendekar kungfu dari perguruan Macan Terbang, yang kemudian menjadi gurunya. Namun, sang raja Fei Lung sangat murka ketika mengetahui putrinya berlatih kungfu di perguruan Macan Terbang. Beberapa pendekar kungfu yang telah dipilih sang raja untuk mendampingi putrinya, ternyata tidak mampu memikat hati dan mengalahkan ilmu kungfu sang putri.

Sang raja pun pasrah dan menyerahkan sepenuhnya pilihan kepada putrinya. Hingga kemudian, Lie yang menyamar berhasil menandingi ilmu kungfu sang putri dan menaklukkan hatinya.

“Pertunjukan yang bagus. Saya sendiri tidak menyangka mereka bisa tampil sebagus itu. Ini merupakan drama musikal terbaik Imlek yang pernah digelar di Makassar,” puji Eka Firman, Direktur Trans Kalla usai pertunjukan perdana drama musikal Legenda Cinta Lie dan Lian, kepada wartawan awal Februari lalu.

Menariknya, pemerannya pun oleh anak-anak Makassar dengan koreografer yang didatangkan dari Jakarta. “Memang, untuk penampilam drama musikal, mereka mempersiapkan diri dengan berlatih selama dua minggu,” imbuh Eka, didampingi Media Relation Officer Trans Kalla, Emma Wardhany.

Doa dan Harapan

Malam menjelang pergantian tahun baru Imlek, Sabtu, 13 Februari lalu, sekitar jam 23.00, umat Tridharma mulai memadati Jln. Sulawesi. Bersama dengan keluarga, mereka melakukan ritual sembahyang dengan memanjatkan doa dan harapannya untuk mengarungi Tahun Macan ke depan. Tiga tempat ibadah, yakni Klenteng Kwan Kong, Klenteng Xian Ma dan Vihara Ibu Agung Bahari dipadati oleh warga Tionghoa dan ratusan masyarakat lainnya untuk menyaksikan prosesi ritual malam tahun baru Imlek.

Tepat jam 00.00, atau bertepatan dengan tanggal 1 bulan 1 penanggalan Imlek, suasana makin semarak dengan atraksi barongsai yang ditampilkan para pemain dari Klenteng Xian Ma. Mereka mengawali pertunjukan dengan mengitari setengah ruas Jln. Sulawesi, kemudian di depan Klenteng Xian Ma. Sesekali, dentuman petasan dan semarak kembang api membuat suasana gegap gempita.

Antusiasme warga menyaksikan perayaan tahun baru Imlek malam itu sempat memacetkan Jln. Sulawesi. Beberapa aparat kepolisian yang diturunkan untuk pengamanan perayaan tahun baru Imlek, tampak sibuk mengatur arus lalu lintas di Jln. Sulawesi.

Menjelang jam 02.00 dinihari, umat Tridharma yang telah selesai melakukan ritual sembahyang pun perlahan meninggalkan tempat-tempat ibadah, beringsut ke rumah masing-masing dengan secercah doa dan harapan untuk hidup yang lebih baik dalam naungan Tahun Macan. [Sapriadi Pallawalino]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar