Mempertahankan Eksistensi Makassar sebagai Kota Tujuan MICE

Pemerintah Lebih Agresif, EO Harus Lebih Kreatif Dalam kurun lima tahun terakhir, penyelenggaraan MICE di Makassar menggeliat. Tak hanya berskala lokal, MICE berskala Internasional pun banyak digelar di Kota Anging Mammiri ini. -------------------------
Mengembangkan sektor pariwisata, kini tak lagi sekadar bertumpu pada paket liburan. Maraknya penyelenggaraan meeting, incentives, convention dan exhibition memunculkan semangat baru promosi wisata. Di beberapa tempat, penyelenggaraan MICE menjadi penggerak utama roda pariwisata sekaligus memberi sumbangsih bagi daerah penyelenggara. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga, tak memungkiri kalau selama lima tahun terakhir, tingkat hunian hotel-hotel di Makassar didominasi oleh peserta MICE. Baik penyelenggaraan MICE dari segmen government lokal, maupun dari pasar-pasar nasional dan internasional. “Dalam kurun lima tahun terakhir, sekitar 55 persen dari tingkat hunian hotel memang didominasi dari kalangan peserta MICE. Umumnya berasal dari segmen government, dan sisanya dari pasar-pasar nasional dan internasional,” jelas Anggiat, kepada Supershop Magazine, Jum’at 5 Maret lalu. Tren positif itu, lanjut General Manager Clarion Hotel and Convention ini, ditunjang beberapa faktor yang sangat mendukung penyelenggaraan MICE di Makassar. Antara lain dukungan infrastruktur yang memadai, ketersediaan pusat-pusat hiburan dan perbelanjaan yang lengkap, kuliner serta dukungan masyarakat setempat. “Jadi, secara instrumen, saya rasa Makassar cukup lengkap untuk penyelenggaraan MICE, mulai dari bandara berskala internasional, jalan tol, gedung Celebes Convention Center, ketersediaan 4.235 kamar dari 80 hotel serta banyaknya mal-mal yang ada di kota ini. Selain itu, kuliner yang mendukung dan kehadiran Trans Studio menjadi nilai tambah Makassar sebagai tuan rumah penyelenggaraan MICE,” tutur Anggiat. Di samping itu, kata dia, adanya dukungan dan kemudahan akomodasi dari Pemprov Sulsel dan Pemkot Makassar, juga menjadi salah satu faktor pendukung maraknya penyelenggaraan MICE di Makassar. “Nah, sekarang yang dibutuhkan adalah bagaimana Pemerintah bisa lebih agresif dalam mendorong penyelenggaraan MICE. Salah satunya adalah dengan adanya political will dari Pemerintah melalui sesuatu yang nyata. Misalnya, berani memberikan stimulus dan insentif bagi pelaku event organizer, sehingga mereka bisa lebih intens lagi menjual dan mempromosikan nama Makassar di luar,” jelas Anggiat. Khusus di bidang perhotelan, jelasnya, saat ini beberapa hotel di Makassar sementara melakukan penambahan fasilitas meeting room untuk mendukung kegiatan MICE. “Selain itu, operator perhotelan di Makassar juga menawarkan harga yang lebih kompetitif dibanding di daerah-daerah lain. Kita berusaha mengejar volume dengan menawarkan harga yang tidak terlalu tinggi,” tandas Anggiat. Lebih Kreatif Senada dengan Anggiat Sinaga, President Director PT. Debindo Mega Promo, Jeffrey Eugene T, mengakui kalau dalam kurun lima tahun terakhir, geliat penyelenggaraan MICE di Makassar memperlihatkan tren positif. Menurut dia, dalam rentang antara 2006 hingga 2009, penyelenggaraan MICE mengalami pertumbuhan tiap tahun berkisar 30 sampai 40 persen. “Sebagai event organizer, kita memang ingin menghidupkan industri MICE di Makassar. Makanya, beberapa tahun lalu kami sepakat mendorong Pemprov Sulsel untuk menyediakan venue berupa convention hall yang memadai, yakni gedung Celebes Convention Centre yang ada saat ini. Sehingga, ini memudahkan EO untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan MICE di Makassar,” ujar Jeffrey, saat ditemui di kantornya, Kamis 4 Maret lalu. Namun, Sekretaris Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Sulsel ini menilai, penyelenggaraan MICE belakangan ini cenderung stagnan. Dibandingkan daerah lain, Sulsel belum mempunyai even tetap dan rutin yang dilaksanakan setiap tahun. Umumnya, EO di Makassar juga masih sebatas pelaksana even (by order), tetapi tidak menciptakan even (by created). “Oleh karena itu, teman-teman EO sekarang ditantang untuk lebih kreatif dengan menggalakkan even by created secara rutin dan berkelanjutan melalui kerjasama dengan asosiasi-asosiasi maupun dengan pemerintah serta mampu menjualnya hingga ke dunia Internasional. Sehingga, even tersebut setidaknya mampu mengundang ekshibitor dan investor ke Makassar dan membuka peluang investasi di Sulsel,” tegas Jeffrey, yang juga Wakil Ketua Indonesia Congress and Convention Association (INCCA) Sulsel. Ke depan, ia optimis industri MICE di Sulsel memiliki prospek yang bagus dan peluang untuk berkembang. “Sekarang sisa bagaimana kita menggali potensi Makassar dan Sulsel melalui diferensiasi tema MICE yang lebih variatif. Menumbuhkan industri MICE, juga mesti dilakukan secara integratif dengan menggandeng tiga hal, yakni trading, tourism dan investment dengan berbasis masyarakat,” kunci Jeffrey. [Sapriadi Pallawalino/Foto: int]

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puak Poi dan Jiam Si, Sarana Meminta Petunjuk dari Sang Dewa

Emmy Wijaya, Direktur Utama PT. Sumber Sentuhan Emas

Hendri Oei, PT. Nathania Furniture